KONSEP DIRI DALAM KEADAAN SAKIT
Oleh:
Ni Kadek Candra
Dewi P07124012024
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
POLITEKNIK
KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN
KEBIDANAN
2013
KONSEP
DIRI DALAM KEADAAN SAKIT
Sakit bukan hanya
keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit melainkan suatu keadaan di mana fungsi fisik, emosi, intelektual,
sosial, perkembangan, atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Seseorang yang sedang sakit umumnya
memperlihatkan perilaku sakit. Perilaku ini mencakup cara seseorang memantau
tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialaminya,
melakukan upaya penyembuhan dan menggunakan sistem pelayanan kesehatan” (Potter
dan Perry 1997). Tahapan perilaku sakit seseorang
secara umum ada 5 tahap, namun individu karena penyakit tertentu tidak selalu
melewati kelima tahap tersebut. Begitu pula dengan waktu, lamanya individu
melewati tiap tahap berbeda-beda.
Keadaan
sakit selain dapat dilihat dari kedaan fisiknya, sakit fisik adalah suatu
keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya
ada gangguan sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pada perkembangan
psikologis, dan social serta tidak dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari
dengan optimal. (Pustaka
Adter, 2012).
Adapun tahapan-tahapan sakit
yaitu sebagai berikut :
1.
Tahap 1: Mengalami
gejala. Adanya gejala: mengakui ada gejala serius. Menyangkal,
membiarkan gejala. Individu percaya ada kelainan dalam tubuhnya, merasa dirinya tidak
sehat, merasa timbulnya berbagai gejala, merasa ada bahaya. Sakit mempunyai
tiga aspek :
-
Secara Fisik : Nyeri, panas
tinggi
-
Kognitif : Interprestasi
terhadap gejala
-
Respon Emosi : Cemas
2.
Tahap 2: Asumsi tentang
peran sakit. Gejala ada dan berlanjut, mengakui sakit, mengambil peran
sakit seperti istirahat atau melepas peran sosial, mencari konfirmasi penyakit
ke teman atau keluarga, kelompok juga mengenali adanya kondisi sakit sehingga
memberi dukungan dan mendukung secara emosi. Asumsi adanya penyakit kadang
menimbulkan perubahan emosional, depresi, menarik diri dan perubahan fisik.
Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan sederhana sampai kompleks. Tahap
ini individu mencari pengobatan sendiri. Namun bila berkembang dan berpotensi
membahayakan kesejahteraan maka individu akan masuk pada tahap ke 3.
-
Penerimaan terhadap sakit
-
Individu mencari kepastian
sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit
-
Mencari pertolongan dari
profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri, mengikuti nasehat teman /
keluarga
-
Akhir dari tahap ini
ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih baik.
-
Individu masih mencari
penegasan dari keluarga tentang sakitnya
-
Rencana pengobatan dipenuhi
/ dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya
3.
Tahap 3: Kontak dengan
pelayanan kesehatan. Gejala menetap atau bertambah, memerlukan kepastian
akan penyakit yang diderita, dan dampak penyakit akan kesehatannya dimasa yang
akan datang. Individu akan mulai berkonsultasi dengan satu atau lebih tenaga ahli,
bila telah merasa yakin dan percaya pada yankes, individu akan mulai memutuskan
melakukan pengobatan.
-
Individu yang sakit :
Meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri
-
Tiga tipe informasi :
Validasi keadaan sakit, penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti, keyakinan
bahwa mereka akan sembuh atau lebih baik
-
Jika tidak ada gejala :
individu mempresepsikan dirinya telah sembuh, jika ada gejala kembali pada
profesi kesehatan
4.
Tahap 4: Peran
dependen. Setelah menerima keadaan penyakit, individu menjalani tahap
bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakitnnya.
Individu menerima perawatan dan bergantung pada pihak rumah sakit atau orang
lain baik di rumah sakit, di rumah atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Secara sosial Individu dengan peran dependen akan dibebaskan dari kewajiban
normalnya. Semakin berat penyakit, maka semakin dibebaskan dari
tanggungjawabnya. Peran dependen ini mengharuskan individu beradaptasi dengan
perubahan kegiatannya sehari-hari. Perubahan ini akan mempengaruhi peran
sosialnya di masyarakat dan keluarga serta di tempatnya bekerja. Jika
profesi kesehatan memvalidasi atau memantapkan bahwa seseorang sakit, orang
akan menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan
-
Setiap orang mempunyai
tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
-
Perawat mempunyai tugas :
Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan dengan tahap perkembangan, support
terhadap perilaku yang mengarah pada kemandirian
5.
Tahap 5: Pemulihan dan
rehabilitasi. Bila proses penyembuhan terjadi dengan cepat maka semakin
tinggi individu mencapai keadaan optimalnya. Dampak Sakit pada Klien dan
Keluarga. Sakit adalah salah satu pengalaman kehidupan. Individu dan
keluarga berespon secara khusus terhadap keadaan sakit secara unik, dalam arti
tidak ada respon yang sama. Hal yang umum terjadi adalah adanya perubahan
perilaku, sikap, emosi, perubahan peran. Kadangkala sakit juga berpengaruh pula
pada konsep diri, citra atau gambaran diri.
Keyakinan dan kesehatan yang menggambarkan hubungan keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya. Dengan keyakinan ini memberikan cara memahami dan memperkirakan bagaimana klien akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan. (Pustaka Adter,2012)
Model ini memberi 3 langkah fungsi individu:
1. Kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit. Persepsi ini lahir dari analisa terhadap riwayat kesehatan keluarga.
2. Seberapa serius penyakit tertentu. Persepsi ini dipengaruhi oleh komponen demografi, sosiopsikologis atau perasaan terancam oleh penyakit, info dari media
3. Manfaat mengambil tindakan preventif. Tindakan ini dapat berupa perubahan perilaku
Konsep Diri Dalam Keadaan Sakit
dipengaruhi oleh :
1. Berat
ringannya penyakit
Berat
ringannya suatu penyakit mengambil andil dalam pembentukan kosep diri
seseorang. Misalnya perbandingan antara individu yang terkena pilek biasa
dengan yang terkena stroke, kalau individu yang tekena pilek akan merasa tenang
karena dia berfikir besok ataupun lusa pasti sembuh, dan dia bisa bekerja
seperti biasa, namun individu yang tekena penyakit stoke akan terlihat murung
karena dia pasti memikirkan sakitnya yang mungkin saja tiba-tiba kambuh dan
mengancam jiwanya.
2. Jenis
pekerjaan
Dalam
kehidupan sehari-hari orang selalu sibuk bekerja dan bekerja untuk mencari
uang. Hal ini juga berpengaruhi konsep dirinya. Misalnya antara pekerja
kantoran dan pekerja serabutan, biarpun pekerja serabutan ini sakit maka dia
akan tetap bekerja untuk mendapat uang agar bisa makan. Sedangkan untuk pekerja
kantoran ini pasti akan mengambil cuti dan istirahat dirumah, karena dia
berfikir cutipun dia akan tetap mendapat gaji.
3. Kedudukan
dan jabatan
Konsep
diri juga dipengaruhi oleh kedudukan dan jabatan seseorang. Misalnya antara
seorang manajer dan karyawan biasa, meskipun sama-sama menderita demam, namum
si manajer pasti akan mengambil cuti sakit karena takut sakitnya bertambah
parah, sedangkan karyawan biasa akan tetap bekerja agar bisa tetap mendapat
gaji lebih.
4. Gambaran
diri
Bagaimana
gambaran diri ini mempengaruhi konsep diri itu contohnya, seorang individu yang
sedang demam ringan biasa. Individu ini cenderung akan menggambarkan wajahnya
pasti jelek, pucat dan ada kantung matanya dan hanya ingin tidur saja karena menurutnya
sedang sakit. Padahal menurut orang lain dia biasa saja namun hanya perlu
istirahat dan minum vitamin.
5. Harga
Diri
Harga
diri ini akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Bila seseorang
menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan memasuki dunia dengan harga
diri yang positif dan penuh percaya diri. Harga diri positif, terciri oleh
perasaan bahwa seseorang itu mempunyai kemampuan, dicintai orang lain,
menghargai etika dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Bila terjadi
distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinyapun
dapat berubah.
6. Citra
tubuh
Citra
tubuh adalah persepsi seseorang mengenai tubuhnya, baik bentuk fisik maupun
yang dibayangkannya. Misalnya seseorang merasa bahwa tubuhnya itu lengkap atau
tidak, atau seseorang merasa bahwa tubuhnya itu tinggi atau pendek, gemuk atau
kurus. Perasaan atau persepsi panca indera tersebut dapat merupakan yang
sebenarnya atau khayalannya saja, misalnya seseorang merasa gemuk, padahal
menurut pandangan orang lain ia tidak gemuk.
7. Peran
dan identitas
Peran dan identitas memegang
peranan penting dalam mempengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya seorang
bidan. Bidan ini berperan penting memantau kesehatan dan memberikan asuhan pada
ibu hamil agar tidak sakit sehingga janinnya bisa tumbuh dengan baik. Maka
sudah tentu bidan akan terus menjaga kesehatannya agar dia tidak terserang
penyakit, kalau bidannya sakit maka ia tidak bisa memberikan pelayanan
maksimal. Oleh karena itu dalam diri bidan akan tertanam konsep diri bahwa ia
harus tetap sehat.
8. Berbagai
gejala yang dapat muncul mulai dari ringan hingga berat
Gejala-gejala
yang dialami pun bisa mempengaruhi konsep diri seseorang. Contohnya seseorang
yang bersin-bersin dan pusing. Kebanyakan orang berfikir pasti saya akan sakit.
Namun jika ia yakin bahwa ini hanya sakit ringan, dengan makan dan istirahat
yang cukup saja pasti ia sembuh, maka ia pasti akan sembuh. Konsep diri positif
yang kita pegang akan membantu pikiran kita untuk memberitahu badan kita untuk
membentuk pertahanan yang lebih kuat untuk melawan gejala sakit ini.
Pada
saat seseorang diberitahu bahwa ia mengalami suatu penyakit, individu tersebut
belum mengetahui nama penyakit yang dialaminya tetapi sudah merasakan atau
mengalaminya, apalagi sudah mengalami untuk beberapa lama atau bahkan sudah
menahun, biasanya akan terjadi suatu proses psikologik dalam diri individu
tersebut. (Neuman,1990)
Reaksi emosional
yang terjadi biasanya melalui 6 tahapan, yaitu :
a. Penolakan
(denial): yaitu menyangkal atau
tidak percaya atau belum menerima bahwa ia mengalami penyakit tersebut
b.
Marah
kepada
orang lain atau bahkan kepada Tuhan mengapa ia yang harus mengalami penyakit
tersebut
c.
Depresi : Merasa sedih, merasa bersalah,
merasa bahwa ia memang patut mengalami kondisi sakitnya sekarang. Sering juga
individu mengkait-kaitkan penyakit yang dialami dengan perbuatannya di masa
lalu
d.
Kecemasan : merasa cemas dan tegang setelah
mengetahui, menjadi berpikir dan mengantisipasi ke masa yang akan datang,
bagaimana menghadapi hidup selanjutnya dengan kondisi yang sekarang dialami
tersebut
e.
Tawar menawar : mulai dapat menerima, tetapi di saat
yang sama juga masih sulit membayangkan harus mengalami kondisi yang berubah
tersebut
f.
Menerima : sudah dapat menerima keadaan yang
berubah tersebut, sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih nyaman
Perubahan-perubahan
psikologik yang terjadi bersamaan dengan tahapan tersebut di atas setelah
seseorang mengalami keadaan sakit dan terjadi perubahan-perubahan , dapat
bersumber dari :
1.
Diri sendiri
Adapun
beberapa perubahan pada diri seseorang yang mengalami sakit, yaitu :
a.
Perubahan focus pikiran dan perasaan;
setelah mengalami suatu penyakit, secara sadar dan tidak sadar individu menjadi
lebih berpikir tentang hal itu karena ia senantiasa melihat dirinya yang
berubah, yang kemudian diikuti dnegan perilaku memandangi diri di depan cermin
secara berulang-ulang. Respons psikologik yang terjadi saat itu tergantung pada
tahap mana ia sudah melalui tahapan psikologik yang telah disebutkan diatas,
bila masih dalam tahap penolakan, mungkin ia akan tidak percaya ketika
memandangi dirinya di cermin dan selanjutnya akan menyangkalnya, bila sudah
masuk ke tahap depresi, individu akan merasa kehilangan dirinya yang dulu,
sehingga ia dapat menjadi sedih, merasa bersalah bahkan putus asa.
b.
Perubahan citra tubuh : setelah menyadari
terdapatnya perubahan pada dirinya, individu akan mengalami perubahan citra
tubuh, ia akan merasa tubuhnya berubah, tidak sebagaimana dulu lagi. Respons
ini pun akan bervariasi pada setiap
orang. Ada yang merasa bahwa ia tidak sempurna lagi, namun banyak pula yang
walau melihat perubahan tersebut, namun dapat menerima kondisi tersebut.
c.
Perubahan citra diri : Citra diri akan
mempengaruhi konsep diri seseorang, yang akan mempengaruhi pula penilaian
terhadap diri sendiri. Bila penilaian diri itu positif, maka ia akan memiliki
harga diri yang positif pula. Bila terjadi distorsi atau perubahan citra tubuh
ke arah negatif, akan menyebabkan terbentuknya citra diri yang negatif. Hal ini
terjadi lebih karena persepsi dan fantasinya sendiri.
d.
Perubahan rasa percaya diri; dengan citra diri
yang berubah, individu akan mengalami perubahan harga diri, yang menyebabkan
pula perubahan pada rasa percaya dirinya. Ia menjadi tidak percaya lagi pada
kemampuan dan potensi dirinya, yang sebetulnya tidak berubah bila orang lain
menilainya.
2. Stigmatisasi
dari lingkungan
Menyebabkan
timbulnya berbagai perubahan emosional pada individu, antara lain :
a.
mengantisipasi penolakan (individu
merasa bahwa penyakit yang di hadapi serius, orang lain akan menolaknya)
b.
Merasa ada efek di dalam diri
c.
Merasa malu dan bersalah
d.
Hilangnya penilaian positif dan kepercayaan
terhadap orang lain
DaftarPustaka
Pieter, Herry
Zan.2011.Pengantar Komunikasi dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan.Medan.Karisma Putra Utama
Pustaka Adter.2012. Konsep Sehat Sakit. diakses di
http://pustakaadter.blogspot.com/2012/04/konsep-sehat-sakit_24.html
padatanggal 20 Februari 2012 pukul 11.06 WITA
No comments:
Post a Comment