A. PENGERTIAN
Infeksi adalah adanya suatu
organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis
baik lokal maupun sistemik. Sedangkan infeksi nosokomial adalah Infeksi yang
didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di Rumah Sakit. Infeksi
nosokomial biasanya terjadi setelah pasien dirawat minimal 3 x 24 jam di rumah
sakit.
Bisa
saja ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau
tidak langsung terhadap kematian pasien. Mungkin saja di beberapa kejadian,
Infeksi Nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien. Akan tetapi ia menjadi
penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit.
B. RANTAI PENULARAN
Infeksi nosokomial bermula dari kuman
yang keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan
tertentu misalnya melalui alat, lalu masuk ke tempat tertentu di pasien lain.
Karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi (terutama orang
yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh
sakit ‘tambahan’. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut
dan meneruskan rantai penularan lagi.
C. ALAT SEBAGAI MEDIA TRANSMISI
INFEKSI
Infeksi nosokomial sering disebabkan
karena infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus,jarum suntik, infeksi
saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Selain
itu pemakaian infus dan kateter urin yang lama tidak diganti-ganti, juga
menjadi penyebab utamanya. Di ruang penyakit, diperkirakan 20-25% pasien
memerlukan terapi infus.
Ada berbagai komplikasi kanulasi
intravena yang berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut
berupa:
·
Ekstravasasi infiltrate : Cairan
infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula
·
Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa
dapat dideteksi adanya gangguan lain
·
Flebitis :
Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
·
Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh
vena yang menghambat aliran infus
·
Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula
yang ada dalam pembuluh darah
·
Septikemia : Bila kuman
menyebar hematogen dari kanul
·
Supurasi :
Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
Faktor-faktor yang berperan dalam
meningkatkan komplikasi kanula intravena yaitu: jenis kateter, ukuran kateter,
pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter
yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis,
cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media
pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk
pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman
pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia.
Berikut ini adalah beberapa alat
yang sering menjadi media transmisi dalam penyebaran infeksi nosokomial :
a. Kateter
Kateter adalah sebuah pipa yang
kosong yang terbuat dari logam, gelas, karet, plastik, yang cara penggunaannya
adalah dimasukkan kedalam rongga tubuh melalui saluran.
Kateter
dibagi menjadi 2 yaitu kateter dan non kateter
-
Kateter
Adalah kateter yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena.
Kegunaan
: berlaku sebagai vena tambahan untuk pangobatan dalam jangka lama yang lebih
dari 48 jam.
Kateter
ini terbuat dari bahan TEFLON dan plastic PVC.
-
Non kateter
•
Nelaton Catheter
Kateter yang dimasukkan
dalam uretra yang berfungsi supaya mempermudah kencing.
•
Balloon Catheter
Disebut juga Folley Catheter
Kegunaan
:
o
Untuk pengambilan air kencing dalam
system tertutup, bebas dari udara dan polusi disekitarnya. Biasanya dihubungkan
dengan suatu urinovolumeter dan suatu urine bag untuk keperluan pemeriksaan
klinis.
o
Digunakan pada pasien di kamar operasi
agar bila keluar air kencing tidak mengganggu suasana
o
Digunakan dalam perawatan pasien yang tidak
bias mengendalikan keinginan untuk tidak kencing (incontinentia urinae).
•
Oxygen Catheter
Kateter yang digunakan untuk mengalirkan
gas oxygen ke dalam lubang hidung.
•
Stomach Tube
Disebut
juga Maag Sonde.
Kegunaan
:
o
Unuk mengumpulkan getah lambung
o
Untuk membilas atau mencuci isi perut
o
Untuk pemberian obat-obatan.
•
Feeding Tube
Kegunaan :
Sebagai
jalan memasukkan cairan makanan melalui tube yang dimasukkan dalam hidung atau
mulut.
•
Rectal Tube
Disebut
juga Flatus Buis
Kegunaan
:
o
Untuk mengeluarkan gas-gas dari usus
o
Untuk membersihkan rectum.
Biasanya ujung yang satu dimasukkan ke
dalam anus, dan satunyan dihubungkan dengan alat Glycerin – spuit.
•
Suction Catheter
Disebut juga Mucus Extractor.
Kegunaan
:
o
Untuk menyedot lendir dari trachea bayi
yang baru lahir.
o
Untuk menyedot cairan amniotik.
•
Kondom Catheter
Adalah
alat yang digunakan untuk menghubungkan penis dengan urine bag melalui ujung
tube-nya, terutama pada pasien yang suka kencing dengan tidak sadar.
b. Jarum Suntik
Jarum suntik atau Injection Needles
adalah alat yang digunakan untuk menyuntik, dan tentunya digabung dengan alat
suntik (spuit).
Macam
– macam jarum suntik:
·
Jarum suntik yang umum
·
Jarum suntik gigi
·
Jarum suntik spinal
·
Jarum suntik bersayap
c.
Alat
– alat untuk mengambil atau memberikan darah atau cairan.
·
Soluset : alat untuk memberikan
cairan infus.
·
Blood
donor set : alat untuk mengambil
darah dari donor.
·
Venoject :
alat untuk mengambil darah untuk pemeriksaan.
·
Preza
Pak : alat untuk mengambil darah dari arteri.
D. PENYAKIT AKIBAT PENGARUH ALAT MEDIS
1.
Infeksi saluran kemih
Infeksi
ini merupakan kejadian tersering, infeksinya dihubungkan dengan penggunaan
kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan
terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Infeksi yang terjadi lebih
awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang
terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme
eksogen.
Organisme yang menginfeksi : E.Coli,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus.
Penyebaran : Mikroorganisme yang
terdapat pada permukaan ujung kateter yang masuk ke dalam uretra
Penyebab : kontaminasi tangan atau sarung tangan
ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon
kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan
aseptik.
Pencegahan : Alat yang digunakan harus di sterilkan
terlebih dahulu. Dipastikan bahwa alat-alat tersebut steril dan tidak
terkontaminasi oleh alat-alat yang tidak steril.
2. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia
nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan ventilator, tindakan
trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi.
Organisme penyebab infeksi :
berasal dari gram negatif seperti
Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada di mulut, hidung,
kerongkongan, dan perut. Dari kelompok virus dapat disebabkan
olehcytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para influenza virus,
enterovirus dan corona virus.
Penyebaran : Infeksi karena adanya
aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian bawah.
Faktor resiko terjadinya infeksi ini
adalah:
• Tipe dan jenis pernapasan
• Perokok berat
• Tidak sterilnya alat-alat bantu
• Obesitas
• Kualitas perawatan
• Penyakit jantung kronis
• Penyakit paru kronis
• Beratnya kondisi pasien dan kegagalan
organ
• Tingkat penggunaan antibiotika
• Penggunaan ventilator dan intubasi
• Penurunan kesadaran pasien
Penyakit
yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan influenza.
Pada pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena
Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita
tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat diperhatikan.
3. Bakteremi Nosokomial
Infeksi
ini berisiko tinggi. Karena dapat menyebabkan kematian.
Organisme penyebab infeksi : Terutama
disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan
Candida.
Penyebaran : Infeksi dapat muncul di
tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin dan infus.
Penyebab : Panjangnya kateter, suhu
tubuh saat melakukan prosedur invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter
atau infus.
4. Tuberkulosis
Organisme penyebab infeksi : Mycobacterium
tuberculose
Penyebab :
Adanya strain bakteri yang multi- drugs resisten.
Pencegahan : Identifikasi yang
baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan.
5. Diarrhea dan gastroenteritis
Organisme penyebab infeksi : E.coli,
Salmonella, Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari gologan virus
lebih banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan
hepatitis A.
Faktor resiko dari gastroenteritis
nosokomial dapat dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
• Faktor intrinsik:
o
abnormalitas dari pertahanan mukosa,
seperti achlorhydria
o
lemahnya motilitas intestinal, dan
o
perubahan pada flora normal.
• Faktor ekstrinsik:
Pemasangan
nasogastric tube dan mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.
6. Infeksi pembuluh darah
Penyebarannya
melalui infus, kateter jantung dan suntikan.
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori
utama:
o
Infeksi pembuluh darah primer, muncul
tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang
ditemukan dibagian tubuhnya yang lain
o
Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat
dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang lain.
Macam penyakit :
a. Hepatitis B dan Hepatitis C
Organisme
penyebab infeksi : Virus hepatitis B, virus hepatitis C
virus lain : Virus Mumps, Virus Rubella,
Virus Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes
Penyebaran :
o
Transfusi darah atau produk darah dengan
sumber darah yang belum di-skrining.
o
Pemakaian berulang jarum, kanula atau
alat medis lainnya yang tidak steril.
Pencegahan :
o
Kewajiban skrining darah/produk darah
dan organ transplantasi
o
Inaktivasi virus dalam produk turunan
plasma
o
Praktek kontrol infeksi pada institusi
kesehatan termasuk sterilisasi alat medis/gigi (Kewaspadaan Universal atau
Universal Precaution).
b. AIDS
Organisme penyebab infeksi :
Human Immunodefisiensi Virus (HIV)
Penyebaran : Melalui pemakaian jarum suntik yang tidak
steril atau pemakaian jarum suntik
secara bergantian
Pencegahan : Gunakan
jarum suntik sekali pakai, pastikan bahwa jarum suntik adalah steril
7. Dipteri, tetanus dan pertusis
Organisme
penyebab infeksi :
o
Corynebacterium diptheriae, gram negatif
pleomorfik, memproduksi endotoksin yang menyebabkan timbulnya penyakit,
penularan terutama melalui sistem pernafasan.
o
Bordetella Pertusis, yang menyebabkan
batuk rejan. Siklus tiap 3-5 tahun dan infeksi muncul sebanyak 50 dalam 100%
individu yang tidak imun.
o
Clostridium tetani, gram positif
anaerobik yang menyebabkan trismus dan kejang otot.
Dari golongan virus yaitu herpes
simplek, varicella zooster, dan rubella.
Penyebaran : Melalui
infeksi kulit dan jaringan lunak. Luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar,
dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat
terjadinya infeksi sistemik.
Yang termasuk dalam infeksi sistemik :
• Infeksi pada tulang dan sendi
Osteomielitis,
infeksi tulang atau sendi dan discus vertebralis
• Infeksi sistem Kardiovaskuler
Infeksi arteri atau vena, endokarditis,
miokarditis, perikarditis dan mediastinitis
• Infeksi
sistem saraf pusat
Meningitis
atau ventrikulitis, absess spinal dan infeksi intra kranial
• Infeksi
mata, telinga, hidung, dan mulut
Konjunctivitis, infeksi mata, otitis
eksterna, otitis media, otitis interna, mastoiditis, sinusitis, dan infeksi
saluran nafas atas.
• Infeksi
pada saluran pencernaan
Gastroenteritis,
hepatitis, necrotizing enterocolitis, infeksi intra abdominal
• Infeksi
sistem pernafasan bawah
Bronkhitis,
trakeobronkhitis, trakeitis, dan infeksi lainnya
• Infeksi
pada sistem reproduksi
Endometriosis
dan luka bekas episiotomi
o
Memakai sarung tangan ketika akan
mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin,
membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera
mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
o
Penggunaan alat-alat medis dengan
tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
o
Mempunyai kriteria membunuh kuman
o
Mempunyai efek sebagai detergen
o
Mempunyai efek terhadap banyak bakteri,
dapat melarutkan minyak dan protein.
o
Tidak sulit digunakan
o
Tidak mudah menguap
o
Bukan bahan yang mengandung zat yang
berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
o
Efektif
o
tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
3. Untuk
mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
o
Pengurangan penyuntikan yang kurang
diperlukan
o
Pergunakan jarum steril