PENDAHULUAN
Mengapa membahas topik keputihan?
Menurut
penelitian yang dilakukan Zubier (2002), jumlah wanita di dunia yang pernah
mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami
keputihan sebesar 25%. Sementara itu berdasarkan penelitian dari Octaviyanti
(2006) untuk wanita Indonesia yang mengalami keputihan berjumlah 75%. Dimana
90% keputihan merupakan salah satu tanda kasus kanker leher rahim. Penderita kanker leher
rahim di negara maju seperti Amerika Serikat, mencapai sekitar 12.000 per tahun
dan untuk penderita kanker leher rahim di Indonesia di perkirakan 90-100 per
100.000 penduduk (Nasdaldy, 2006).
Saat
ini masih banyak wanita di negara berkembang, termasuk Indonesia kurang
mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker leher rahim yang
sering ditandai dengan keputihan. Ini disebabkan karena tingkat ekonomi rendah
dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang kesehatan reproduksi
(Meutia, 2008). Data di atas menunjukkan kejadian keputihan pada wanita cukup
tinggi, akan tetapi karena wanita sering beranggapan keputihan sebagai salah
satu gejala premenstrual syndrom, sedikit sekali wanita yang berusaha untuk
mengobati keputihan padahal keputihan adalah gangguan kesehatan yang perlu
segera diobati dan dicari penyebabnya karena selain menyebabkan kanker leher rahim dapat menyebabkan kemandula,
kehamilan diluar kandungan bahkan kematian (Indarti,
2004). Sehingga pada kesempatan
ini sangat penting bagi kita untuk mengetahui
lebih dalam lagi mengenai keputihan.
Apa yang sebenarnya dimaksud dengan
keputihan?
Keputihan
didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi
dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning,
hijau) dan bau (normal, berbau). (Manuaba, 2004).
Menurut
dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran
Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari
vagina. Keputihan bisa bersifat fisiologis (dalam keadaan normal) namun bisa
juga bersifat patologis (karena penyakit). Dan keputihan tidak mengenal batasan
usia. Berapa pun usia seorang wanita, bisa terkena keputihan (Sugi Suhandi,
2009).
Bagaimana keputihan dianggap normal
atau tidak normal?
Keputihan
fisiologis atau keputihan normal adalah keputihan yang biasanya terjadi setiap
bulannya, biasanya muncul menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi ataupun
masa subur. Keputihan patologis dapat disebabkan oleh infeksi biasanya disertai
dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang
sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga
parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran
kencing, sehingga menimbulkan rasa perih atau nyeri saat penderita buang air
kecil.
Tanda dan Gejala keputihan?
Berikut hal-hal yang
dapat membedakan antara keputihan normal dan tidak normal.
Keputihan normal (fisiologis)
- Cairan sekresi berwarna bening, tidak lengket dan encer.
- Tidak mengeluarkan bau yang menyengat
- Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid dan tanda masa subur pada wanita tertentu.
- Remaja putri kadang-kadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
- Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.
Keputihan abnormal
- Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih kehijauan atau putih kelabu dari alat kelamin. Cairan ini dapat encer atau kental, lengket dan kadang-kadang berbusa.
- cairan ini mengeluarkan bau yang menyengat.
- Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta dapat mengakibatkan iritasi pada vagina.
- Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang berbahaya seperti HIV, Herpes, Candyloma.
Mengapa penting untuk mengetahui
keputihan yang tidak normal dan penyebabnya?
Pentingnya untuk
mengetahui keputihan yang dialami merupakan keputihan yang normal atau tidak
adalah untuk mewaspadai adanya kelainan atau indikasi terhadap awal terjadinya
suatu penyakit-penyakit infeksi terutama kanker pada alat reproduksi.
Penyebab keputihan secara umum adalah:
- Ketidakseimbangan hormon
- Gejala suatu penyakit tertentu
- Rusaknya keseimbangan biologis dan keasaman (ph) lingkungan vagina.
- Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis
- Sering menggunakan WC Umum yg kotor
- Tidak mengganti panty liner
- Membilas vagina dari arah yang salah.
- Sering bertukar celana dalam/handuk dgn orang lain
- Kurang menjaga kebersihan vagina
- Kelelahan yang amat sangat
- Stress
- Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
- Memakai sembarang sabun untuk membasuh vagina
- Tidak mejalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah olah raga, tidur kurang)
- Tinggal di daerah tropis yang lembap
- Lingkungan sanitasi yang kotor.
- Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat.
- Sering berganti pasangan dalam berhubungan sex
- Kadar gula darah tinggi
- Sering menggaruk vagina
TIPS Bagaimana caranya menjaga agar keputihan tetap normal dan
tidak membahayakan kesehatan?
Adapun
beberapa cara pencegahan untuk menjaga keputihan tetap normal dan tidak
membahayakan kesehatan yaitu :
1.
Membersihkan bagian
luar kemaluan selepas buang air kecil atau air besar, menggunakan air bersih.
2.
Ketika haid, sering
mengganti pembalut wanita terutama pada hari-hari yang banyak darah keluar. Ini
karena darah adalah media yang sesuai untuk kuman membiak. Bagi wanita yang
menggunakan tampon mereka perlu ingat untuk menukarnya.
3.
Hindari menyabun pada
alat kelamin kerana ia mungkin menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau
gatal. Setengah wanita sensitif dan alergi pada pewangi dalam buih sabun.
4.
Pasangan suami istri hendaknya
membersih alat kelamin dengan air sebelum dan selepas hubungan seks untuk
kebersihan yang optimal.
5.
Hindari memakai
pakaian dalam sintetik yang terlalu ketat kerana menyebabkan kulit berkeringat,
tidak ada peredaran udara pada kulit dan akhirnya meningkatkan kuman berkembang
biak. Pakaian dalam perlu diganti setiap hari dan pada hari-hari mengalami
keputihan, boleh memakai panty liner tetapi diperhatikan pula frekuensi
pemakaiannya.
6.
Diet. Perbanyak makan makanan yang mengandung antioksidan
(brokoli, bawang putih, pepaya,
kedelai, tomat, semangka, bayam dan alpukat) dan vitamin
seperti vitamin A, C, dan E. Begitu juga vitamin B kompleks dan D
direkomendasikan untuk daya tahan tubuh. Lakukan diet lengkap dan
seimbang dengan mengonsumsi cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan serat, dan konsumsi gula sebaiknya tidak berlebihan.
- Jangan menggunakan bedak atau bubuk yang bertujuan membuat vagina harum atau kering. Bedak sangat kecil dan halus, hal ini mudah terselip dan tidak dapat terbersihkan, sehingga mengundang datangnya jamur pada vagina.
- Keringkanlah selalu vagina anda setelah mandi, cebok atau mencui vagina sebelum anda berpakaian
- Pakailah selalu pakaian dalam yang kering. Usahakan selalu untuk membawa cadangan guna berjaga-jaga jika celana dalam anda perlu diganti
- Gunakan celana luar yang memiliki pori-pori cukup, jangan terlalu seirng menggunakan celana luar yang ketat, hal ini dapat menyebabkan sirkluasi di daerah kewanitaan terganggu.
- Gunakan celana dalam dari bahan katun, karena bahan katun mampu menyerap keringat.
- Panty liner digunakan saat dirasa perlu saja, janga digunakan terlalu lama.
- Jika anda stress, ambil waktu libur atau cuti anda, rileks kan pikiran anda sejenak. Karena stress juga dapat memacu keputihan
- Kurangi untuk kegiatan yang membuat anda sangat letih,
kepanasan dan banyak mengeluarkan keringat, atau jika sudah melakukan
aktivitas tersebut, segera mandi dan bersihkan tubuh anda khususnya daerah
kemaluan.