1. Osteoporosis
(tulang keropos)
Osteoporosis adalah
berkurangnya kepadatan jaringan tulang yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya patah tulang (fraktur). Patah tulang lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan laki-laki. Menurut statistik, sebanyak 85% wanita mengalami
osteoporosis pada usia sekitar 10 tahun setelah menopause. Osteoporosis
berhubungan langsung dengan turunnya fungsi ovarium seorang wanita. Selain itu,
kepadatan suatu tulang akan berkurang dengan bertambahnya usia. Patah tulang
akibat osteoporosis sering terjadi pada tulang belakang, tulang paha dan tulang
ergelangan tangan. Selain itu tulang dada dan tulang pinggul juga mudah sekali
mengalami osteoporosis.
Faktor risiko yang dapat menimbulkan osteoporosis adalah
:
-
Rasial
-
Meningkatnya
usia wanita
-
Wanita
gemuk
-
Operasi
pengangkatan ovarium pada usia muda
-
Kebiasaan
hidup (perokok, peminum alkohol, kurang olahraga, makan-makanan yang sedikit
mengandung kalsium, peminum kopi)
-
Penyerapan
kalsium oleh usus berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh : kekurangan vitamin
D, jarang kena sinar matahari dan lain-lain
-
Kekurangan
estrogen
-
Riwayat
penyakit tulang
Kejadian osteoporosis dapat ditegakkan dengan
memperhatikan usia dan adanya gejala-gejala berupa :
-
Rasa
nyeri pada sendi-sendi yang besar
-
Rasa
kaku ada tulang-tulang seperti tulang punggung
-
Setiap
gerakan (seperti berjalan) dapat menimbulkan rasa nyeri sehingga kurangi
kelincahan berjalan.
Diagnosis untuk
osteoporosis dapat ditegakkan dengan melakukan foto sinar X pada tulang lumbal,
tulang pergelangan tangan dan tulang paha. Oleh karena osteoporosis disebabkan
oleh kekurangan hormon estrogen, maka pengobatan dengan hormon estrogen
merupakan satu-satunya cara untuk menghentikan pengaruh buruk yang disebabkan
oleh proses tersebut.
Pemberian
estrogen yang dimulai sejak usia pramenopause akan menurunkan angka kejadian
patah tulang sebesar 50 – 60%. Wanita yang gemuk sering mengalami osteoporosis,
sehingga diperlukan pula usaha menurunkan berat badan, misalnya olah raga
berjalan kaki ± 3.5 km/hari. Sudah dapat dipastikan bahwa semua wanita usia
klimakterium kehilangan kalsium. Untuk mencegah kehilangan kalsium diperlukan
makanan yang banyak mengandung kalsium (susu 1 liter/hari) atau pemberian
kalsium oral 1000 – 1500 mg/hari. Pemberian
estrogen akan meningkatkan penyerapan kalsium dari usus dan mengurangi
kehilangan kalsium dari ginjal.
2.
Masalah kejiwaan pada klimakterium
Berat ringannya
keluhan dalam masa klimakterium dipengaruhi oleh keadaan sebagai berikut:
Ø penurunan aktivitas indung telur
Ø pengertian sosio-budaya dan lingkungan
Ø penerimaan psikologik
untuk dapat mengerti dan menangani wanita pada masa
klimakterium ini, maka perlu diketahui jenis keluhan yang dipengaruhi dan tidak
dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Selama ini terdapat berbagai pendapat dari
para ahli tentang sejauh mana masa klimakterium mempegaruhi masalah kejiwaan
dan sebaliknya, tetapi mereka sepakat bahwa pada masa ini keluhan kejiwaan
memang akan sering dialami seorang wanita yang tergantung pada prinsipnya
tentang menopause.
Usia klimakterium tidak mengakibatkan timbulnya penyakit
kejiwaan, tetapi diketahui bahwa usia ini terjadi peningkatan keluhan – keluhan
kejiwaan seperti :
-
Rasa
lelah dan semangat yang menurun
-
Pusing
dan sakit kepala
-
Sukar
tidur
-
Apatis
dan merasa hidup tidak berarti lagi
-
Kehilangan
kemampuan untuk berkonsentrasi
-
Rasa
hidup tertekan / depresi
-
Rasa
tegang dan cemas
-
Perubahan
nafsu seksual
-
Sesak
napas
-
Suasana
kejiwaan yang berubah-ubah
Secara psikologi banyak perubahan yang terjadi pada masa
klimakterium seperti berikut ini.
-
Berhentinya
haid dan berhentinya masa subur seorang wanita yang dapat berarti bebasnya sang
wanita dari ketakutan akan kehamilan serta keharusan memakai pembalut wanita.
Tetapi ini dapat pula diartikan sebagai berhentinya fungsi sebagai wanita.
-
Pada
masa ini biasanya keluarga telah mapan, suami telah mencapai kedudukan tertentu
di masyarakat, anak-anak telah dewasa dan mulai mandiri. Hal ini mengakibatkan
tersisanya banyak waktu bagi sang wanita untuk memperhatikan diri sendiri.
Keadaan seperti ini dapatmenimbulkan rasa tidak dibutuhkan oleh keluarganya.
Tetapi dapat terjadi suami sakit-sakitan atau meninggal dunia dan sang wanita
dihadapkan pada masalah tekanan – tekanan kejiwaan atau stres baru.
-
Pada
pria, menjadi tua adalah suatu kehormatan dan merupakan suatu keadaan yang
ditunggu-tunggu. Wanita sering dinilai dari kecantikannya dan kelompok wanita
pun menyesuaikan diri dengan anggapan tersebut, sehingga menjadi tua sering
diartikan kehilangan penamilan yang menarik. Pada lingkungan dimana wanita
dinilai dari kecantikan dan kemudaannya maka masa klimakterium adalah masa yang
tidak dikehendaki kehadirannya. Sedangkan pada lingkungan dimana menjadi tua
berarti makin dihormati maka masa ini adalah masa yang ditunggu-tunggu
kehadirannya.
-
Perubahan
fisik pada wanita, menipisnya epitel (termasuk menipisnya epitel vagina) akibat
perubahan hormon kewanitaan, mengakibatkan secara fisik menjadi kurang menarik
dibandingkan saat masih muda. Hal ini dapat mempengaruhi rasa percaya diri
serta hubungan seksual dengan suami. Pengertian suami pada masa seperti ini
menjadi sangat penting. Pengertian umum yang tidak teat bahwa masalah seksual
adalah bukan masalah yang patut dibicarakan pada pasangan berumur mempersulit
reaksi seksual ini.
Mengingat bahwa setiap individu adalah unik (berbeda antara satu dengan yang lain), maka dapat diduga bahwa penyesuaian diri dan besarnya reaksi terhadap usia klimakterium adalah khas bagi tiap wanita. Beberapa ahli psikologi mempunyai kesimpulan sementara yang dikemukakan berdasarkan data mengenai siklus menstruasi dan menopause, bahwa kadar estrogen yang tinggi mempunyai hubungan dengan suasana hati yang positif. Sedangkan kadar estrogen yang rendah berhubungan dengan suasana hati negatif. Secara psikologis wanita dalam usia klimakterium berada dalam suatu tahap mental yang bisa disebut sebagai tantangan untuk mengadakan reorganisai dari kepribadiannya.
Mengingat bahwa setiap individu adalah unik (berbeda antara satu dengan yang lain), maka dapat diduga bahwa penyesuaian diri dan besarnya reaksi terhadap usia klimakterium adalah khas bagi tiap wanita. Beberapa ahli psikologi mempunyai kesimpulan sementara yang dikemukakan berdasarkan data mengenai siklus menstruasi dan menopause, bahwa kadar estrogen yang tinggi mempunyai hubungan dengan suasana hati yang positif. Sedangkan kadar estrogen yang rendah berhubungan dengan suasana hati negatif. Secara psikologis wanita dalam usia klimakterium berada dalam suatu tahap mental yang bisa disebut sebagai tantangan untuk mengadakan reorganisai dari kepribadiannya.
Tanggapan atau reaksi seorang wanita terhadap datangnya
masa klimakterium ini dapat dibagi atas beberapa cara yaitu :
a. Reaksi pasif: secara pasrah sang wanita menerima hal yang
tidak dapat dielakkan lagi. Biasanya ditemukan pada wanita yang berpendidikan
rendah dan tinggal di daerah pedesaan.
Yang dimaksud dalam hal ini adalah reaksi yang menunujukan kepasrahan
seseorang, dimana seseorang tersebut menerima apa yang dialaminya.
b. Reaksi neurosis: reaksi yang ditimbulkan oleh penolakan
yang keras akan datangnya masa klimakterium ini, dan ditandai dengan timbulnya
keluhan-keluhan seperti rasa cemas, rsa tertekan/depresi dan mudah tersinggung.
c. Reaksi hiperaktif: reaksi penolakan wewengan
seolah-olah mengabaikan datangnya masa klimakterium ini dengan cara
meningkatkan perhatian pada pekerjaan dan hobi serta tak setuju pada keluhan wanita-wanita
lain. Yang dimaksud adalah reaksi ketidakpedulian seseorang
terhadap masa yang dihadapinya.
d. Reaksi adekuat
(psikologi): reaksi wajar yang
diberikan oleh wanita yang memasuki masa klimakterium ini dialami oleh sebagian
besar wanita. Hal ini dapat terjadi secara efektif pada wanita yang
emosionalnya sehat. Keluhan psikologik berupa sifat mudah tersinggung, rasa
depresi atau rendah diri, rasa takukt, gugup, dan gangguan emosional lainnya
lebih mudah terjadi pada wanita dengan emosi yang labil. Apabila pengendalian
diri pada masa ini tidak dapat diatasi, akan mudah terjadi gangguan kepribadian
(psikologik) yang lebih berat sampai terjadinya gangguan kejiwaan (psikiatrik)
dan memerlukan pengobatan.
SEKSUALITAS
Banyak wanita yang berpendapat bahwa hubungan seks tidak
mungkin dilakukan lagi pada masa klimakterium. Pendapat seperti ini tidak dapat
dibenarkan lagi karena hubungan seks tetap dapat dilakukan meskipun usia telah
lanjut. Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering dan mudah cedera sehingga
terasa sakit sewaktu bersanggama. Rasa sakit ini dapat diatasi dengan pemberian
hormon berupa tablet estrogen maupun berupa krim vagina.
Selain itu, konsultasi dan
meminta nasihat dokter merupakan cara terbaik. Masalah utama yang menyebabkan wanita
tidak mau melakukan hubungan seks adalah faktor psikis wanita tersebut. Para
wanita ini timbul rasa takut, gelisah, tegang sehingga sulit untuk
melakukannya. Keadaan yang serupa kadang-kadang juga ditemukan pada suami.
Istri dan suami mengeluh bahwa mereka sudah tua, kulit sudah keriuut dan badan
lemah sehingga berpikir tidak perlu lagi hubungan seks, padahal pendapat ini
tidak dapat dibenarkan.
Hubungan seks sangat memegang peranan dalam hubungan
sebagai suami istri. Setiap masalah yang timbul akan menyebabkan keretakan
dalam rumah tangga. Dalam memecahkan masalah-masalah seperti ini, sebaiknya
dicari orang ketiga dan mencoba mengemukakan semua masalah yang ada.
No comments:
Post a Comment