Sunday 17 March 2013

INFEKSI NOSOKOMIAL




A.    PENGERTIAN
            Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Sedangkan infeksi nosokomial adalah Infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di Rumah Sakit. Infeksi nosokomial biasanya terjadi setelah pasien dirawat minimal 3 x 24 jam di rumah sakit.
Bisa saja ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien. Mungkin saja di beberapa kejadian, Infeksi Nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien. Akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit.

B.     RANTAI PENULARAN
            Infeksi nosokomial bermula dari kuman yang keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu misalnya melalui alat, lalu masuk ke tempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi (terutama orang yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit ‘tambahan’. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.

C.    ALAT SEBAGAI MEDIA TRANSMISI INFEKSI
            Infeksi nosokomial sering disebabkan karena infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus,jarum suntik, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Selain itu pemakaian infus dan kateter urin yang lama tidak diganti-ganti, juga menjadi penyebab utamanya. Di ruang penyakit, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus.
            Ada berbagai komplikasi kanulasi intravena yang berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa:
·         Ekstravasasi infiltrate  :  Cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula
·         Penyumbatan              : Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain
·         Flebitis                        : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
·         Trombosis                    : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran infus
·         Kolonisasi kanul          : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam pembuluh darah
·         Septikemia                  :  Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
·        Supurasi                       : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul
            Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena yaitu: jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat infus dan bakteremia.
            Berikut ini adalah beberapa alat yang sering menjadi media transmisi dalam penyebaran infeksi nosokomial :
a.      Kateter
            Kateter adalah sebuah pipa yang kosong yang terbuat dari logam, gelas, karet, plastik, yang cara penggunaannya adalah dimasukkan kedalam rongga tubuh melalui saluran.
Kateter dibagi menjadi 2 yaitu kateter dan non kateter
-     Kateter
                        Adalah kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena.
Kegunaan : berlaku sebagai vena tambahan untuk pangobatan dalam jangka lama yang lebih dari 48 jam.
Kateter ini terbuat dari bahan TEFLON dan plastic PVC.
-     Non kateter
         Nelaton Catheter
                        Kateter yang dimasukkan dalam uretra yang berfungsi supaya mempermudah kencing.
         Balloon Catheter
Disebut juga Folley Catheter
Kegunaan :
o   Untuk pengambilan air kencing dalam system tertutup, bebas dari udara dan polusi disekitarnya. Biasanya dihubungkan dengan suatu urinovolumeter dan suatu urine bag untuk keperluan pemeriksaan klinis.
o   Digunakan pada pasien di kamar operasi agar bila keluar air kencing tidak mengganggu suasana
o   Digunakan dalam perawatan pasien yang tidak bias mengendalikan keinginan untuk tidak kencing (incontinentia urinae).
         Oxygen Catheter
Kateter yang digunakan untuk mengalirkan gas oxygen ke dalam lubang hidung.
         Stomach Tube
Disebut juga Maag Sonde.
Kegunaan :
o   Unuk mengumpulkan getah lambung
o   Untuk membilas atau mencuci isi perut
o   Untuk pemberian obat-obatan.
         Feeding Tube
Kegunaan :
Sebagai jalan memasukkan cairan makanan melalui tube yang dimasukkan dalam hidung atau mulut.
         Rectal Tube
Disebut juga Flatus Buis
Kegunaan :
o   Untuk mengeluarkan gas-gas dari usus
o   Untuk membersihkan rectum.
Biasanya ujung yang satu dimasukkan ke dalam anus, dan satunyan dihubungkan dengan alat Glycerin – spuit.
         Suction Catheter
Disebut juga Mucus Extractor.
Kegunaan :
o   Untuk menyedot lendir dari trachea bayi yang baru lahir.
o   Untuk menyedot cairan amniotik.
         Kondom Catheter
Adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan penis dengan urine bag melalui ujung tube-nya, terutama pada pasien yang suka kencing dengan tidak sadar.
b.     Jarum Suntik
Jarum suntik atau Injection Needles adalah alat yang digunakan untuk menyuntik, dan tentunya digabung dengan alat suntik (spuit).
Macam – macam jarum suntik:
·         Jarum suntik yang umum
·         Jarum suntik gigi
·         Jarum suntik spinal
·         Jarum suntik bersayap

c.      Alat – alat untuk mengambil atau memberikan darah atau cairan.
·         Soluset                         : alat untuk memberikan cairan infus.
·                     Blood donor set          : alat untuk mengambil darah dari donor.
·                     Venoject                      : alat untuk mengambil darah untuk pemeriksaan.
·                     Preza Pak                    : alat untuk mengambil darah dari arteri.

D. PENYAKIT AKIBAT PENGARUH ALAT MEDIS
            1. Infeksi saluran kemih
                 Infeksi ini merupakan kejadian tersering, infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen.
Organisme yang menginfeksi : E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau  Enterococcus.
Penyebaran : Mikroorganisme yang terdapat pada permukaan ujung kateter yang masuk   ke dalam uretra
Penyebab    : kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik.
Pencegahan  : Alat yang digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu. Dipastikan bahwa alat-alat tersebut steril dan tidak terkontaminasi oleh alat-alat yang tidak steril.


2.  Pneumonia Nosokomial
                 Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi.
Organisme penyebab infeksi :
berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan perut. Dari kelompok virus dapat disebabkan olehcytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para influenza virus, enterovirus dan corona virus.
Penyebaran : Infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian bawah.
Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:
• Tipe dan jenis pernapasan
• Perokok berat
• Tidak sterilnya alat-alat bantu
• Obesitas
• Kualitas perawatan
• Penyakit jantung kronis
• Penyakit paru kronis
• Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
• Tingkat penggunaan antibiotika
• Penggunaan ventilator dan intubasi
• Penurunan kesadaran pasien
     Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan influenza. Pada pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan karena Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat diperhatikan.
3.  Bakteremi Nosokomial
                 Infeksi ini berisiko tinggi. Karena dapat menyebabkan kematian.
Organisme penyebab infeksi : Terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida.
Penyebaran : Infeksi dapat muncul di tempat masuknya alat-alat seperti jarum suntik, kateter urin dan infus.
Penyebab : Panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter atau infus.
4.  Tuberkulosis
Organisme penyebab infeksi : Mycobacterium tuberculose
Penyebab                               : Adanya strain bakteri yang multi- drugs resisten.
Pencegahan                         : Identifikasi yang baik, isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan.
5.  Diarrhea dan gastroenteritis
Organisme penyebab infeksi : E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari gologan virus lebih banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus, rotavirus, dan hepatitis A.
Faktor resiko dari gastroenteritis nosokomial dapat dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
• Faktor intrinsik:
o   abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti achlorhydria
o   lemahnya motilitas intestinal, dan
o   perubahan pada flora normal.
• Faktor ekstrinsik:
                 Pemasangan nasogastric tube dan mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.
6.  Infeksi pembuluh darah
                 Penyebarannya melalui infus, kateter jantung dan suntikan.
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:
o   Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain
o   Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang lain.
Macam penyakit :
a.  Hepatitis B dan Hepatitis C
  Organisme penyebab infeksi : Virus hepatitis B, virus hepatitis C
  virus lain : Virus Mumps, Virus Rubella, Virus Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr,    Virus Herpes
Penyebaran :
o   Transfusi darah atau produk darah dengan sumber darah yang belum di-skrining.
o   Pemakaian berulang jarum, kanula atau alat medis lainnya yang tidak steril.
Pencegahan :
o   Kewajiban skrining darah/produk darah dan organ transplantasi
o   Inaktivasi virus dalam produk turunan plasma
o   Praktek kontrol infeksi pada institusi kesehatan termasuk sterilisasi alat medis/gigi (Kewaspadaan Universal atau Universal Precaution).
b.  AIDS
Organisme penyebab infeksi :
Human Immunodefisiensi Virus (HIV)
Penyebaran :  Melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril atau pemakaian jarum   suntik secara bergantian
Pencegahan : Gunakan jarum suntik sekali pakai, pastikan bahwa jarum suntik adalah steril

7.  Dipteri, tetanus dan pertusis
 Organisme penyebab infeksi :
o   Corynebacterium diptheriae, gram negatif pleomorfik, memproduksi endotoksin yang menyebabkan timbulnya penyakit, penularan terutama melalui sistem pernafasan.
o   Bordetella Pertusis, yang menyebabkan batuk rejan. Siklus tiap 3-5 tahun dan infeksi muncul sebanyak 50 dalam 100% individu yang tidak imun.
o   Clostridium tetani, gram positif anaerobik yang menyebabkan trismus dan kejang otot.
Dari golongan virus yaitu herpes simplek, varicella zooster, dan rubella.
Penyebaran : Melalui infeksi kulit dan jaringan lunak. Luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat terjadinya infeksi sistemik.
Yang termasuk dalam infeksi sistemik :
• Infeksi pada tulang dan sendi
                 Osteomielitis, infeksi tulang atau sendi dan discus vertebralis
• Infeksi sistem Kardiovaskuler
                             Infeksi arteri atau vena, endokarditis, miokarditis, perikarditis dan mediastinitis
    Infeksi sistem saraf pusat
                 Meningitis atau ventrikulitis, absess spinal dan infeksi intra kranial
    Infeksi mata, telinga, hidung, dan mulut
                             Konjunctivitis, infeksi mata, otitis eksterna, otitis media, otitis interna, mastoiditis, sinusitis, dan infeksi saluran nafas atas.
    Infeksi pada saluran pencernaan
                 Gastroenteritis, hepatitis, necrotizing enterocolitis, infeksi intra abdominal
    Infeksi sistem pernafasan bawah
                 Bronkhitis, trakeobronkhitis, trakeitis, dan infeksi lainnya
    Infeksi pada sistem reproduksi
                 Endometriosis dan luka bekas episiotomi

E. PENCEGAHAN SECARA UMUM
o   Memakai sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
o   Penggunaan alat-alat medis dengan tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
Disinfeksi yang dipakai adalah:
o   Mempunyai kriteria membunuh kuman
o   Mempunyai efek sebagai detergen
o   Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
o   Tidak sulit digunakan
o   Tidak mudah menguap
o   Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
o   Efektif
o   tidak berbau, atau tidak berbau tak enak
3.  Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
o   Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
o   Pergunakan jarum steril
o   Penggunaan alat suntik yang disposabel.

Untuk seluruh petugas kesehatan juga harus menerapkan UP (universal precaution) agar terhindar dari penyakit..